JAKARTA - Di Indonesia jaringan nirkabel
digunakan untuk menangani hampir seluruh aktivitas internet, padahal
daya tampungnya yang lebih kecil dari jaringan fixed lined bisa membuat kongesti (kelebihan beban) lebih mudah terjadi.
Saat ini, ikatakan bahwa 95 persen koneksi internet Indonesia ditangani oleh jaringan nirkabel. Padahal jaringan nirkabel tersebut memiliki daya tampung hanya sepertiga fixed line (kabel).
"Wireless itu daya tampungnya sepertiga fixed line (kabel), kalau fisik bisa 5 Mb dan idealnya bahkan bisa mencapai 20 Mb. Bahkan Telkom sudah merencanakan yang bisa mencapai 50 Mb," terang Setyanto P. Santosa, ketika dihubungi okezone via ponsel, Selasa (21/2/2012).
Selain perkara daya tampung tersebut, menurut Setyanto, mestinya komposisi antara jaringan nirkabel dengan fixed line adalah 40 persen berbanding 60 persen. "Coba saja buka internet dengan handphone Anda, koneksinya pasti lambat dan sulit mengakses gambar," tandasnya.
Bila membandingkan diri ke negara lain, pembangunan infrastruktur internet di Indonesia bisa dikatakan terbalik. Negara-negara lain seperti Singapura, Malaysia, atau Australia sudah selesai membangun infrastruktur fisik, baru kemudian masuk mobile internet. Indonesia sebaliknya, sebelum infrastruktur fisik selesai dibangun sudah masuk mobile internet.
Ditambah lagi, setelah masuknya mobile internet kemudian datang 3G. Jaringan 3G semakin memudahkan akses internet lewat perangkat bergerak. Dan karena di rumah-rumah tidak tersedia jaringan kabel (fixed line), akses dari sana pun dilakukan lewat nirkabel atau ponsel genggam. Banyaknya akses ini membuat jaringan nirkabel congested (kelebihan beban). (tyo)
Sumber: Okezone.com
Saat ini, ikatakan bahwa 95 persen koneksi internet Indonesia ditangani oleh jaringan nirkabel. Padahal jaringan nirkabel tersebut memiliki daya tampung hanya sepertiga fixed line (kabel).
"Wireless itu daya tampungnya sepertiga fixed line (kabel), kalau fisik bisa 5 Mb dan idealnya bahkan bisa mencapai 20 Mb. Bahkan Telkom sudah merencanakan yang bisa mencapai 50 Mb," terang Setyanto P. Santosa, ketika dihubungi okezone via ponsel, Selasa (21/2/2012).
Selain perkara daya tampung tersebut, menurut Setyanto, mestinya komposisi antara jaringan nirkabel dengan fixed line adalah 40 persen berbanding 60 persen. "Coba saja buka internet dengan handphone Anda, koneksinya pasti lambat dan sulit mengakses gambar," tandasnya.
Bila membandingkan diri ke negara lain, pembangunan infrastruktur internet di Indonesia bisa dikatakan terbalik. Negara-negara lain seperti Singapura, Malaysia, atau Australia sudah selesai membangun infrastruktur fisik, baru kemudian masuk mobile internet. Indonesia sebaliknya, sebelum infrastruktur fisik selesai dibangun sudah masuk mobile internet.
Ditambah lagi, setelah masuknya mobile internet kemudian datang 3G. Jaringan 3G semakin memudahkan akses internet lewat perangkat bergerak. Dan karena di rumah-rumah tidak tersedia jaringan kabel (fixed line), akses dari sana pun dilakukan lewat nirkabel atau ponsel genggam. Banyaknya akses ini membuat jaringan nirkabel congested (kelebihan beban). (tyo)
Sumber: Okezone.com
0 komentar:
Post a Comment